Menjaga Kedamaian Sekolah: Mengukur dan Mengatasi Risiko Intoleransi
Saat ini, masalah intoleransi, kekerasan seksual, dan perundungan di lingkungan sekolah menjadi perhatian utama. Bagaimana sekolah menghadapinya? Bagaimana cara mengukur risiko intoleransi? Mari kita telusuri langkah-langkah penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman.
Menyikapi Intoleransi: SOP Pencegahan dan Penanganan
Sebuah contoh sekolah yang telah melangkah maju dalam hal
ini adalah Sekolah Bhinneka. Mereka tidak hanya mengetahui cara yang tepat
untuk menyikapi dan mengatasi kasus intoleransi, kekerasan, atau perundungan,
tetapi juga telah menyusun Standar Operasional Prosedur (SOP) pencegahan dan
penanganan kekerasan. SOP ini diikuti oleh semua warga sekolah, termasuk guru
BK (Bimbingan Konseling). Sekolah Bhinneka adalah contoh nyata bagaimana sebuah
institusi pendidikan dapat menjadi lingkungan belajar yang aman dan nyaman
untuk semua.
Mengukur Risiko Intoleransi
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah sekolah dan para guru
pernah melakukan pengukuran risiko intoleransi? Untuk menilai risiko ini, kita
perlu memeriksa jumlah ancaman, mengalikannya dengan tingkat kerentanan, dan
membaginya dengan kapasitas. Ancaman tersebut bersifat eksternal dan tidak
dapat dikendalikan oleh sekolah. Hoax, provokasi, konflik, tawuran, ujaran
kebencian, dan peristiwa politik adalah contoh ancaman yang dapat mengancam
keberlangsungan sekolah.
Identifikasi Ancaman dan Kerentanan
Pertama-tama, mari identifikasi ancaman di sekolah. Apa saja
potensi ancaman yang mungkin dihadapi oleh para guru dan siswa? Ancaman ini
bisa datang dalam berbagai bentuk, seperti hoax, provokasi, konflik, tawuran,
ujaran kebencian, dan lain-lain.
Selanjutnya, kita perlu memahami kerentanan internal
sekolah. Kurangnya wawasan, kesadaran, dan keterampilan dapat menjadi titik
lemah. Interaksi yang terbatas karena homogenitas dalam interaksi anak-anak dan
orang tua, organisasi siswa yang berjalan sendiri tanpa pendampingan, semuanya
dapat menjadi kerentanan yang perlu diperbaiki.
Meningkatkan Kapasitas dan Mengurangi Kerentanan
Untuk menjaga keamanan sekolah, sangat penting untuk
memperbesar kapasitas dan mengurangi kerentanan. Kapasitas ini melibatkan semua
pihak, mulai dari kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, hingga peserta
didik dan orang tua. Penyelenggaraan acara lintas agama, pendidikan perdamaian,
penempelan poster perdamaian, penerapan kebijakan pencegahan kekerasan,
pelatihan guru BK, pendampingan organisasi kesiswaan yang inklusif, dan
implementasi proyek penguatan profil pelajaran Pancasila adalah contoh kapasitas
yang dapat meningkatkan toleransi di sekolah.
Sekarang, kita telah mengidentifikasi ancaman, kerentanan,
dan kapasitas di sekolah. Langkah selanjutnya adalah menghitung risiko
intoleransi. Dengan meningkatkan kapasitas dan mengurangi kerentanan, kita
dapat menjaga kedamaian sekolah dan menciptakan lingkungan belajar yang
positif. Selamat mencoba kepada para guru dan peserta didik!